Entri Populer

Sabtu, 18 Juni 2011

BETON K250


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stuktur bangunan merupakan bagian yang sangat penting dari sebuah bangunan. Bangunan dapat berdiri kokoh apabila didukung oleh stuktur yang baik. Stuktur yang baik dapat menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi penghuni yang menempati bangunan tersebut.
Beton merupakan salah satu unsur penyusun dan penopang struktur bangunan. Sebagai salah satu bahan pembentuk stuktur, jika beton berkualitas baik maka akan dapat menahan beban bangunan yang besar. Beton yang baik harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka kami mengadakan praktikum dalam rangka membuat dan menguji beton sehingga memenuhi standar yang telah ditentukan.

1.2 Tujuan

Praktikum Teknologi Beton ini dilaksanakan dengan beberapa tujuan sebagai berikut :
1.      Mengenal bahan-bahan pembentuk beton.
2.      Mengetahui komposisi perbandingan campuran beton dan cara pembuatan beton sehingga dihasilkan beton dengan standar yang baik.
3.      Memahami cara perawatan dan pengawetan beton sehingga didapatkan beton yang berkualitas baik.
4.      Mengetahui cara pengujian kekuatan tekan beton.

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup praktikum yang kami laksanakan meliputi:
1.      Penganalisaan agregrat, untuk mengetahui baik tidaknya agregrat yang digunakan untuk campuran beton.
2.      Pengetesan slump campuran beton muda untuk mengetahui nilai kekentalan di samping untuk menentukan baik tidaknya kualitas beton yang akan dihasilkan (konsistensi beton).
3.      Pengujian kekuatan tekan, yang menyatakan kekuatan beton untuk menahan beban yang diberikan kepadanya.
4.      Perlakuan yang telah disebutkan diatas, hanya kami lakukan untuk memperoleh beton dengan mutu K-250.

1.4 Metodologi

Laporan praktikum ini kami susun berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1.    Studi Pustaka.
Studi pustaka ini kami dapatkan dari beberapa sumber buku, yaitu: buku paket Teknologi Beton, buku Petunjuk Praktikum Teknologi Beton, dan laporan Praktikum Teknologi Beton.

2.      Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan praktikum dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut:
1.      Pengenalan dan penganalisaan bahan-bahan penyusun beton.
2.      Penghitungan komposisi bahan-bahan campuran beton yang berkualitas baik.
3.      Pembuatan beton dengan menggunakan adukan manual.
4.      Pengetesan slump campuran beton muda untuk mengetahui nilai kekentalan, sehingga dihasilkan beton dengan kualitas baik.
5.      Pencetakan beton didalam kubus-kubus yang berukuran 15cm x15cm x15cm sebanyak 9 buah.
6.      Perawatan beton dengan cara merendamnya di dalam air.
7.      Pengujian kuat tekan beton pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Untuk pengujian pada setiap umur beton diambil 3 sampel kubus beton yang telah direndam sebelumnya.










BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Beton
Beton adalah bahan buatan (artificial stone) yang terjadi sebagai hasil campuran perekat, bahan pengisi (agregat) dan air. Perekat tidak hanya berupa semen, tapi juga kapur dan bahan lainnya. Bersifat merekatkan bahan-bahan pengisi.

Kebaikan beton adalah :
1.      Dapat dibentuk secara bebas sesuai dengan cetakan yang diinginkan.
2.      Dapat tahan karat bila diperlakukan secara teknis dengan baik.
3.      Tahan terhadap api.
4.      Tahan terhadap gempa bumi.
5.      Untuk konstruksi dengan bentang lebih luas/tinggi, beton tampil lebih ramping sehingga lebih ringan, pondasi lebih kecil dan menghemat biaya.
6.      Ideal untuk pondasi dengan beban berat dan tanah lembek.
7.      Lebih kedap air.
8.      Awet, tahan lama.
9.      Tidak retak-retak.
10.  Tidak terjadi karang beton.
11.  Tidak menjadi lapuk.
12.  Permukaannya tahan terhadap pengausan (abrasion).

Untuk mencapai sifat tersebut diperlukan pengetahuan tentang :
1.      Sifat bahan campuran untuk beton secara prinsip-prinsip perencanaan campuran.
2.      Perkiraan-perkiraan yang dapat dipercaya mengenai kondisi-kondisi lapangan juga tentang harga bahan.
3.      Kualitas dari bahan-bahan campuran beton.
4.      Cara-cara perhitungan proporsi dan penimbangan bahan.
5.      Penggunaan banyaknya air untuk campuran beton.
6.      Cara-cara pengangkutan beton muda, pengecoran, dan pemadatannya.
7.      Cara-cara perawatan penuh/tidak putus-putus.
8.      Pengawasan dan pemeriksaan.



Keburukan beton :
1.      Mutu bahan memperngaruhi mutu beton.
2.      Cara pembuatan/pelaksanaan juga mempengaruhi mutu beton.
3.      Bahan bongkaran beton tidak bisa digunakan lagi.
4.      Beton memiliki beban konstruksi yang cukup berat.

Hal-hal mengenai pengawasan dan pemeriksaan tidak boleh diabaikan, karena dalam pembuatan beton yang baik memerlukan perlakuan yang teliti didalam pelaksanaannya.

2. 2  Bahan-Bahan Campuran Beton

2.2. 1 Semen
Semen merupakan bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
Semen yang umum atau biasa digunakan adalah semen portland (portland cement)

SEMEN PORTLAND
Jika bubuk halus (semen portland) dicmpur dengan air, maka air akan berangsur-angsur mengadakan persenyawaan dengan senyawa-senyawa semen. Sebagian dari senyawa semen akan larut memberikan senyawa dengan air, yaitu membentuk agar-agar (gel).
Jika air sedikit, semen akan cepat mengental sehingga beton sulit dkerjakan namun mempunyai kuat tekan yang tinggi. Sebaliknya, jika air banyak, semen akan lebih cair sehingga beton akan mudah dikerjakan namun kuat tekannya rendah.
Persenyawaan semen dan air akan menimbulkan panas, tergantung kadar susunan dan kehalusan susunan. Panas ini dapat mempercepat proses pengerasan hidrasi. Pada semen yang cukup tebal, panas hidrasinya tinggi sehingga semen gampang retak.





Sifat-sifat semen portland :
1.      Kehalusan butir
Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa sehingga kurang lebih 80 % dari butirannya dapat menembus ayakan 44 mikron. Makin besar luas permukaan butir untuk suatu jumlah, berat semen akan menjadi lebih besar. Makin besar luas permukaan butir, makin banyak air yang dibutuhkan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kehalusan butiran semen. Cara yang paling sederhana dan mudah adalah dengan mengayaknya.

2.      Berat Jenis dan Berat Isi
Berat jenis = 3,10 – 3,30
Berat isi tergantung dari cara pengisian semen dan takaran. Jika cara pengisian gembur (los), berat isinya rendah, yaitu antara 1,1 kg/liter. Jika pengisiannya dipadatkan, berat isinya dapat mencapai 1,5 kg/liter.

3.      Waktu Pengerasan Semen
Dilakukan dengan menentukan waktu pengikatan awal (initial setting) dan waktu pengikatan akhir (final setting). Untuk mengukur waktu pengikatan biasanya digunakan alat vicat.

4.      Kekekalan Bentuk
Yang dimaksud kekekalan bentuk adalah sifat dari bubur semen yang telah mengeras, dimana bila adukan semen dibuat suatu bentuk, bentuk itu tidak berubah. Apabila benda menunjukkan cacat (retak, melengkung, membesar, menyusut), berarti semen itu tidak baik atau tidak memiliki sifat tetap bentuk.

5.      Kekuatan Semen
Merupakan gambaran mengenai daya rekatnya sebagai bahan perekat (pengikat). Pada umumnya, pengukuran kekuatan daya rekat ini dilakukan dengan menentukan kuat lentur, kuat tarik, atau kuat tekan dari campuran semen dengan pasir.




6.      Pengerasan Awal Palsu
Terjadi karena adanya pengikatan awal palsu, yang disebabkan oleh pengaruh gips yang dicampurkan pada semen bekerja tidak sesuai dengan fungsinya. Seharusnya fungsi gips dalam semen adalah untuk menghambat pengerasan, tetapi dalam kasus diatas gips justru mempercepat pengerasan. Hal ini dapat terjadi karena gips dalam semen telah terurai. Jika terjadi pengerasan palsu, adonan dapat diaduk lagi. Setelah pengerasan palsu berakhir, jika adonan diaduk lagi, adonan semen akan mengeras seperti biasa.

7.      Pengaruh Suhu
Proses pengerasan sangat dipengaruhi oleh suhu udara disekitarnya. Pada suhu kurang dari 15° C, pengerasan semen akan berjalan lambat. Semakin tinggi suhu udara disekitarnya, maka semakin cepat semen mengeras.
SEMEN PCC

2. 2. 2 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar (adukan) dan beton. Dapat juga didefinisikan sebagai bahan yang dipakai sebagai bahan pengisi atau pengkurus, dipakai bersama dengan bahan perekat, dan membentuk suatu massa yang keras, padat, bersatu, yang disebut adukan beton.

Maksud penggunaan :
1.      Menghemat penggunaan semen sehingga beton semakin ramping.
2.      Menghasilkan kekuatan besar pada beton.
3.      Mengurangi susut penggunaan beton.
4.      Mencapai susut padat dari beton dengan gradasi yang baik.
5.      Mengontrol workability.

Persyaratan agregat :
1.      Keras dengan sudut yang tajam.
2.      Tidak mudah kena pengaruh perubahan cuaca.
3.      Variasi besar butir.
4.      Bebas dari kotoran.




Klasifikasi agregat :
1.      Ditinjau dari asalnya
a.       Agregat alam. Pada umumnya menggunakan bahan baku batu alam atau hasil penghancurannya.
-    Kerikil dan pasir alam. Biasanya bercampur dengan bahan organik, sehingga bersifat tidak kekal.
-    Agregat batu pecah/batuan alam yang dipecah. Membutuhkan lebih banyak air dan semen, sehingga daya tekan tinggi dan daya lekat ke permukaan lebih luas.
-    Agregat batu apung. Merupakan agregat almiah yang ringan dan umum digunakan.
b.      Agregat buatan. Adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus, atau karena kekurangan agregat batuan alam.
-    Klinker & breeze.
-    Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang.
-    Coke breeze.
-    Hydite, Lelite

2.      Ditinjau dari berat jenisnya.
a.       Agregat ringan, yaitu agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0 dan biasanya untuk beton non struktural.
b.      Agregat normal, yaitu agregat yang memiliki berat jenis antara 2, 5 sampai 2,7, biasanya berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dsb. Memiliki kuat desak antara 15 – 40 Mpa.
c.       Agregat berat memiliki berat jenis lebih dari 2, 8.

3.      Ditinjau dari bentuknya
a.       Bulat/bulat telur. Contoh : pasir sungai/pantai dengan rongga udara sebanyak 33 %, kurang baik karena punya sedikit pasta dan ikatan lemah.
b.      Bersudut. Contoh : semua jenis batuan pecah, memerlukan banyak pasta semen sehingga ikatan kuat dan sangat cocok untuk beton bermutu tinggi dan perkerasan jalan raya.
c.       Pipih. Contoh : batuan berlapis.
d.      Memanjang/lonjong. 


4.      Ditinjau dari tekstur permukaan
a.       Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh : flint hitam, obsidian.
b.      Agregat dengan permukaan kasar. Contoh : basalt, felsite, prophyry, batu kapur.
c.       Agregat dengan permukaan licin. Contoh : kerikil sungai, chart, batu lapis, marmer dan beberapa rhyolite.
d.      Agregat dengan permukaan berbutir. Contoh : batuan pasir, colite.
e.       Agregat berpori dan berongga.

5.      Ditinjau dari besar butirannya.
a.       Agregat halus. Adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan dengan lubang 4,8 mm.
-    Pasir galian.
-    Pasir sungai.
-    Pasir laut.
b.      Agregat kasar. Adalah agregat dengan butiran-butiran tertinggal diatas ayakan dengan lubang 4,8 mm, tetapi lolos ayakan 40 mm.
c.       Batu. Adalah agregat yang besar butirannya lebih besar dari 40 mm.

Sifat-sifat agregat :
1.      Penyerapan air dalam agregat
Jika agregat dalam keadaan jenuh keirng muka ditimbang, lalu dipanaskan dalam oven dengan suhu 105º C sampai berat tetap, dapat dihitung sebagai berikut :

         Kjkm     =  (Wjkm – Wk) x 100 %
                                 Wk
Ket : Kjkm        = kadar air agregat jenuh kering muka
         Wjkm     = berat agregat jenuh kering muka
         Wk       = berat agregat kering oven





2.      Kadar air dalam agregat
Kadar air dapat dibedakan atas beberapa hal berikut :
a.       Keadaan kering oven atau kering tungku.
b.      Kering udara.
c.       Jenuh keirng muka
d.      Basah, pada keadaan ini butir-butir agregat mengandung banyak air.

3.      Ketahanan terhadap cuaca.
Sifat ketahanan agregat terhadap pengaruh cuaca disebut ketahanan cuaca dan kekebalan.

4.      Reaksi alkali silika.
Reaksi alkali silika atau terkenal dengan reaksi alkali agregat, merupakan reaksi antara kandungan silika aktif dalam agregat dengan alkali dalam semen portland.

5.      Zat-zat yang berpengaruh buruk pada beton.
Dilihat dari bahn-bahan yang berpengaruh buruk pada beton, bahan itu dapat dibedakan menjadi tiga :
a.       Bahan yang terdapat dalam agregat seperti munculnya humus.
b.      Tanah liat, lumpur dan debu yang sangat bagus.
c.       Garam klorida dan sulfat.

6.      Partikel yang tidak kekal
Partikel yang lunak yaitu lumpur dan atau tanah liat yang mengeras, yang jika terkena air akan mengembang dan kemudian pecah. Partikel yang ringan dan lunak akan menambah kebutuhan air saat pengadukan beton. Sehingga akan dapat mengurangi kekuatan dan ketahanan beton. 

7.      Sifat kekal bentuk
Sifat kekal bentuk agregat adalah kemampuan agregat untuk menahan terjadinya perubahan volume yang berlebihan akibat dari adanya perubahan kondisi fisik, tau dapat dikatakan perubahan bentuk yang terjadi akibat perubahan cuaca. Sifat tidak kekal pada agregat dapat ditimbulkan oleh adanya chart yang porous, lempung, atau mineral sejenisnya yang terdapat antara lapisan-lapisan batuan atau mengisi sebagian volume butiran agregat.
8.      Susunan besar butir (gradasi)
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran dari agregat. Bila butiran-butiran agregat mempunyai ukuran yang sama, volum pori antar butiran akan menjadi besar. Agregat dengan besar butiran bervariasi akan menghasilkan beton yang lebih padat. Cara untuk mengetahui gradasi agregat adalah dengan menggunakan analisis ayakan.


2. 2. 3  Air
Penggunaan air dalam campuran beton bertujuan agar terjadi reaksi antara semen dan air yang menyebabkan campuran mengeras setelah beberapa waktu. Untuk tujuan ekonomis air yang ditambahkan dalam campuran beton lebih banyak, disamping itu pula akan memudahkan pelaksanaan.
Fungsi air adalah sebagai perangsang terjadinya hidrasi. Yaitu reaksi kimia antara air dan semen sehingga pasta semen dapat menjadi keras setelah beberapa waktu. Tetapi harus pula diingat bahwa pemberian air yang terlalu banyak akan menyebabkan berkurangnya kekuatan beton. Proses hidrasi akan berlangsung baik apabila air yang dipakai adalah air tawar murni. Dalam hal ini air juga digunakan untuk perawatan beton dengan cara membasahi beton yang telah jadi serta air digunakan untuk membersihkan acuan.

Adapun syarat air yang baik adalah sebagai berikut :
1.  Tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, dan bahan-bahan lainnya yang dapat merusak beton.
2. Tidak berbau dan dapat diminum (air hujan/air ledeng). Air yang kotor mempengaruhi pengikatan beton.
3. Dapat menggunakan air laut dengan kuat tekan kurang dari 10 – 20%



































BAB III
PENENTUAN PARAMETER UNTUK
PEMBENTUKAN ADUKAN


3.1.   PEMERIKSAAN KADAR ORGANIK DALAM AGREGAT HALUS
Bahan-bahan organik terjadi dari proses pembusukan daun-daunan, humus dan asam.  Jika agregat campuran beton mengandung bahan-bahan organic akan mengakibatkan proses hidrasi terganggu sehingga dapat mengurangi kekuatan beton.  Oleh karena itu agregat halus (pasir) harus diperiksa kandurgan organiknya.
Tujuan pemeriksaan zat organik adalah untuk menentukan kandungan organic dalam agregat halus untuk dipakai dalam adukan berdasarkan kadar organic dalam pasir.
Alat :
-    Gelas Ukur
-    Organic plate
Bahan :
-    Pasir contoh secukupnya
-    Larutan NaOH (3%)
Langkah pelaksanaan :
1.      Pasir diisi dalam gelas ukur 40 ml, kemudian dicampurkan NaOH (3 %) hingga 80%.
2.      Pasir dikocok hingga tercampur rata dengan NaOH.
3.      Kemudian didiamkan selama 24 jam.
4.      Warna cairan dibandingkan dengan warna pada Organic Plate.
Hasil percobaan :
Dari hasil pengamatan warna cairan setelah 24 jam, diperolah warna cairan sesuai dengan warna standar No.3.  hal ini berarti bahwa bahan organic yang terkandung didalam pasir tersebut dapat digunakan sebagai campuran beton.  Warna yang sesuai dengan standar No. 3 ini melambangkan bahwa kadar organic dalam agregat halus berkisar sekitar 2,5%.

3.2.   PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
Agregat berasal dari sungai, sering mengandung kotoran Lumpur.  Lumpur disini adalah bagian-bagian yang melewati saringan No.200 atau saringan 0,063 menurut ASTM.  Dalam campuran beton, Lumpur dapat menimbulkan kurang sempurnanya ikatan pasta semen dengan agregat.  Bila kadar Lumpur yang dikandung pasir lebih besar dari 5% dan kerikil lebih besar dari 1% sebaiknya agregat tersebut dicuci lebih dahulu.  Untuk menentukan kadar Lumpur yang terdapat dalam agregat dapat digunakan metode ASTM C. 142-78.
Tujuan pemeriksaan kadar Lumpur adalah untuk menentukan kadar Lumpur yang dikandung agregat halusuntuk campuran beton. 
Alat :  Gelas Ukur
Bahan :
-    Pasir secukupnya
-    Air secukupnya
Langkah pelaksanaan :
1.      Pasir dimasukkan ke dalam gelas ukur 1/3 nya.
2.      Kemudian ditambahkan air hingga tanda batas, lalu dikocok dan didiamkan selama 24 jam.
3.      Kemudian setelah 24 jam, tinggi pasir dan Lumpur dicatar.
Hasil percobaan :
Dari hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut :
Tinggi pasir (T1) =   78         ml
Tinggi Lumpur (T2)               =     0,5    ml
Kadar Lumpur yang dikandung ialah :
  
   =  0,636%
dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kadar Lumpur yang terkandung dalam pasir yang digunakan lebih kecil dari 5 %.  Hal ini berari bahwa pasir tersebut layak digunakan dalam campuran beton.



3.3.   KADAR AIR AGREGAT HALUS DAN AGREGAT KASAR
Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terdapat dalam agregat tersebut dalam satuan berat keseluruhan dari agregat.
a.    Agregat halus (pasir)
Tujuan penentuan kadar air pada agregat halus adalah untuk menentukan persentase kadar air yang dikandung agregat halusnya.
Alat :
-          Pan/wadah
-          Timbangan digital
-          Oven
Bahan :
Agregat halus dilapangan ± 2000 gr
Langkah pelaksanaan :
1.      Berat pan ditimbang.
2.      Benda uji dimasukkan ke dalam pan/wadah dan beratnya ditimbang.
3.      Berat benda uji dihitung.
4.      Benda uji berikut pan dikeringkan ke dalam oven dengan suhu (  110 ± 5°C ) sampai berat tetap selama ±24 jam.
5.      Berat pan dan benda uji yang telah dikeringkan ditimbang kembali.
6.      Berat benda uji kering oven dihitung.
Hasil percobaan :
Pemeriksaan kadar air agregat halus :
A.    Berat Wadah : 184,2 gram
B.     Berat wadah dan benda uji : 2184,2 gram
C.     Berat benda uji (B-A) : 2184,2 gram – 184,2 gram  = 2000 gram
D.    Berat benda uji kering   : 1939,4 gram
Kadar air : 
b.      Agregat kasar (kerikil)
Tujuan penentuan kadar air pada agregat kasar adalah untuk menentukan prosestase kadar air yang dikandung agregat kasar.
Alat :
-          Pan/wadah
-          Timbangan digital
-          Oven.
Bahan :
-          Agregat kasar dilapangan  ±  2500 gr
Langkah pelaksanaan :
Berat pan ditimbang
1.      Benda uji dimasukkan ke dalam pan/wadah dan beratnya ditimbang.
2.      Berat benda uji dihitung
3.      Benda uji berikut pan dikeringkan ke dalam oven dengan suhu ( 110 ± 5°C ) sampai berat tetap selama ± 24 jam.
4.      Berat pan dan benda uji yang telah dikeringkan ditimbang kembali.
5.      Berat benda uji kering oven dihitung.
Hasil percobaan :
Pemeriksaan kadar air agregat halus :
A.    Berat wadah       :  233,6 gram
B.     Berat wadah dan benda uji : 2733,8 gram
C.     Berat benda uji (B-A)    : 2733,8 gram – 233,6 gram = 2500,2 gram
D.    Berat benda uji kering    : 2497 gram
Kadar air :

3.4. ANALISA GRADASI AGREGAT HALUS DAN AGREGAT KASAR
Penguraian susunan butiran agregat bertujuan untuk menilai agregat halus atau kasar agar cocok digunakan pada produksi beton.  Susunan butiran diperoleh dari hasil penyaringan benda uji dengan menggunakan beberapa praksi saringan (metode ASTM C. 136 – 76).  Pada pelaksanaannya ditentukan batas maksimum dan minimum butiran sesuai dengan pengaruh terhadap sifat pekerjaan, penyusutan, kepadatan, kekuatan dan faktor ekonomi beton





a.       agregat halus
tujuannya adalah untuk menentukan gradasi agregat halus dengan menggunakan hasil analisa saringan.
Alat :
1.      Timbangan digital
2.      Saringan
3.      Kuas / sikat halus atau kasar
4.      Mesin pengguncang (shieve shaker)
Bahan yang diperlukan pasir dengan berat 2000 gram.
Langkah pelaksanaan :
1.      Bersihkan saringan dari kotoran-kotoran yang menempel dengan kuas dan sikat halus.
2.      Timbang masing-masing berat saringan
3.      Susun saringan dari ukuran yang paling besar sampai yang paling kecil.
4.      Masukkan agregat kedalam saringan yang telah disusun.
5.      Lakukan penyaringan dengan alat shieve shaker selama 15 menit.
6.      Timbang kembali berat agregat yang tertahan di masing-masing saringan.
7.      Hitung prosentase berat agregat yang tertahan diatas masing-masing saringan
Hasil percobaan :
No.
No. Sieve
Saringan (mm)
Berat Tertahan (gram)
% Tertahan
Kumulatif (%)
Tertahan
Lolos
1
4,75
2,3
0,115
0,115
100
2
2,38
56,9
2,845
2,96
97,04
3
1,68
157,5
7,875
10,835
89,165
4
1,19
256,1
12,805
23,64
76,36
5
0,59
851
42,55
66,19
33,81
6
0,149
633,1
31,655
97,845
2,155
7
Pan
43,1
2,155
100
0
Jumlah
2000

301,585

Fine Modulus = 3,015
Modulus kehalusannya adalah 3,015
b.      agregat kasar
peralatan dan prosedur kerjanya sama dengan agregat halus, sedangkan bahan yang digunakan adalah batu pecah dengan berat contoh 2500 gram.
Hasil percobaan :
No.
No. Sieve
Saringan (mm)
Berat Tertahan (gram)
% Tertahan
Kumulatif (%)
Tertahan
Lolos
1
31,70
0
0
0
100
2
25,40
0
0
0
100
3
19,10
210,9
8,436
8,436
91,564
4
15,90
313,7
12,548
20,984
79,016
5
9,52
1239,5
49,58
70,564
29,436
6
4,75
626,8
25,072
95,636
4,364
7
Pan
109,1
4,364
100
0
Jumlah
2500

295,62

Fine Modulus = 2,956
Fine modulus kehalusannya adalah 2,956


3.5.   BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
Berat jenis agregat perbandingan berat sejumlah volume agregat tanpa mengandung rongga udara terhadap berat air pada volume yang sama. Jenis agregat dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan jenuh permukaan(saturated surface dry) atau disingkat SSD dan keadaan kering absolute atau kering oven (oven dry). Pada pemeriksaan berat jenis ini juga akan didapat nilai absorbsi (penyerapan) adalah persentase perbandingan antara berat air yang terserap agregat pada kondisi jenuh permukaan dengan berat agregat dalam keadaan kering oven.
Alat:
-          Timbangan digital
-          Piknometer
-          Kerucut terpancung + batang penumbuk untuk menentukan benda uji dalam keadaan SSD
-          Oven
-          Pan / wadah
-          Kuas
Bahan :
Benda uji dalam hal ini pasir yang terlebih dahulu dibuat dalam keadaan jenuh air kering permukaan (SSD) sebanyak 500 gram
Langkah pelaksanaan :
Cara menentukan SSD agregat halus
1.   Masukkan benda uji pasir dalam kerucut terpancung dalam 3 lapisan yang masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 25 kali
2.   Kemudian cetakan kerucut terpancung diangkat perlahan-lahan
Catatan :
Jika keadaan agregat kering, maka agregat perlu ditambah air
Jika keadaan agregat basah, maka agregat perlu dikeringkan
Menentukan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
1.   Agregat ditimbang dalam keadaan SSD tersebut seberat 500 gram dan dimasukkan ke dalam piknometer
2.   Air bersih dimasukkan sehingga mencapai 90% dari isi piknometer, setelah itu diputar dan diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya
3.   Kemudian tambahkan air sampai mencapai tanda batas, piknometer direndam dalam bak perendam selama ±24 jam
4.   Timbang piknometer berisi air dan benda uji
5.   Timbang berat pan/wadah kosong
6.   Keluarkan benda uji dari piknometer dan masukkan ke dalam pan/wadah kosong yang ditimbang tadi. Keringkan dalam oven dengan suhu (110±5°C) sampai berat tetap selama ±24 jam, kemudian dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat keringnya.
7.   Isi kembali piknometer dengn air sampai tanda batasnya, lalu timbang beratnya



Hasil Percobaan :
A.    Berat Piknometer = 181,3 gram
B.     Berat contoh kondisi SSD = 500 gram
C.     Berat Piknometer + air + contoh SSD = 983,5 gram
D.    Berat piknometer +air = 679,5 gram
E.     Berat contoh kering = 494,6gram
Apparent Spesific Gravity :
Bulk Spesific Gravity Kondisi Kering :
Bulk Spesific Gravity Kondisi SSD :
Persentase Absorbsi Air :
%


3.6.   BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
Pada prinsipnya dasar teori berat jenis dan penyerapan air untuk agregat kasar dan agregat halus adalah sama termasuk pengertian absorbsi, hanya pengukuran dilaksanakan dalam dua metode jika agregat halus (pasir) menggunakan metode Thawlows dengan cara kerucut terpancung maka berat jenis dan penyerapan agregat kasar dilakukan dengan cara penimbangan di luar dan di dalam air
Alat:
-          Timbangan digital
-          Oven
-          Keranjang besi dan penggantung
-          Meja dan bak perendam khusus
-          Lap bersih/kain penyerap

Bahan :
Agregat kasar (batu) sebanyak ±5000 gram yang telah direndam dalam air terlebih dahulu
Langkah pelaksanaan :
1.   Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan agregat dengan cara merendam agregat di dalam air selama ±24 jam
2.   Keluarkan benda uji dari rendaman air, dilap dengan kain penyerap, sampai selaput air pada permukaan agregat hilang. Agregat ini dinyatakan dalam keadaan jenuh air kering permukaan atau SSD
3.   Timbang berat keranjang
4.   Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh air kering permukaan atau SSD sebanyak ±5000 gram
5.   Masukkan keranjang (kosong) ke dalam bak perendam dan timbang kembali berat keranjang dalam air sampai berat tetap.
6.   Masukkan agregat (benda uji) tadi ke dalam keranjang dan timbang beratnya dalam air sampai berat tetap
7.   Keluarkan keranjang berisi benda uji dari bak perendam, diamkan sebentar.
8.   Kemudian dimasukkan ke dalam oven ± 24 jam dengan suhu (110±5°C, agregat dan keranjang ditimbang untuk mendapatkan berat keringnya)
Hasil Percobaan :
A.    Berat contoh SSD = 5000 gram
B.     Berat contoh dalam air = 3156 gram
C.     Berat contoh kering di udara = 4969,3 gram
Apparent Spesific Gravity :                    
Bulk Spesific Gravity Kondisi Kering :
Bulk Spesific Gravity Kondisi SSD :

Persentase Absorbsi Air :
%


3.7.   MENENTUKAN BERAT VOLUME AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS
Berat Volume agregat ditijau dalam dua keadaan yaitu berat volume gembur dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat sebanyak isi literan (container) dengan volume literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat sebanyak isi literan dalam keadaan padat dengan volume literan. Volume agregat padat merupakan hasil pemadatan standar dalam keadaan kering absolut.
Alat :
-     Timbangan besar berkapasitas 20 kg
-     Literan / wadah 10 liter (mould)
-     Batang penumbuk/tongkat pemadat
Bahan :
Agregat halus dan agregat kasar dalam kondisi kering
Langkah pelaksanaan :
1.   Berat wadah/literan ditimbang
2.   Agregat dimasukkan dalam wadah sampai penuh, kemudian diratakan. Setelah itu beratnya ditimbang untuk mendapatkan berat dalam keadaan gembur
3.   Agregat dikeluarkan dari wadah
4.   Wadah tadi diisi kembali dengan agregat sebanyak 3 lapisan, masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 25 kali
5.   Agregat diratakan dan ditimbang beratnya dalam kondisi padat






Hasil Percobaan :
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS/PASIR
A.  Volume Mould = 10 liter
B.  Berat Mould = 4,7 kg
C.  Berat Pasir kondisi Gembur = 20,96 kg
D.  Berat Isi Kondisi Gembur = kg/liter
E.   Berat Pasir Kondisi Padat = 21,91 kg
F.   Berat Isi kondisi Padat =kg/liter
Berat isi rata-rata = kg/liter
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT KASAR/BATU
A.  Volume Mould = 10 liter
B.  Berat Mould = 4,7 kg
C.  Berat Batu kondisi Gembur = 19,87kg
D.  Berat Isi Kondisi Gembur = kg/liter
E.   Berat Batu Kondisi Padat = 21,42 kg
F.   Berat Isi kondisi Padat =kg/liter
Berat isi rata-rata = kg/liter











BAB IV
RANCANGAN CAMPURAN BETON
DENGAN METODE ACI
(K-250)


PENETAPAN VARIABEL PERENCANAAN
1.   Kategori jenis struktur : K-250
2.   Rencana SLUMP berdasarkan Tabel III : 7,5 – 10 cm
3.   Kekuatan tekan rencana beton :250+ 1,64×50 = 332 kg/cm2
4.   Modulus kehalusan pasir = 3,015
5.   Ukuran maksimum agregat kasar (Tabel IV) = 19,10 cm
6.   Spesific Grafity agregat halus = 2,54
7.   Spesific Grafity agregat kasar = 2,711
8.   Berat Volume agregat kasar = 1594kg/m3
9.   Spesific Grafity semen =  3,15 kg/m3
10. Spesific Grafity air = 1kg/m3

PERHITUNGAN KOMPOSISI UNSUR BETON
11. Rencana air adukan/m3 beton (Tabel V)= 202 kg/m3
12. Prosentase udara yang terperangkap (Tabel V)=2
13. W/C Ratio berdasarkan Tabel II = 0,55
14. W/C Ratio berdasarkan Grafik I = 0,53
15. W/C Perencanaan (yang terkecil dari (13) dan (14)) = 0,53
16. Berat semen =kg
17. Volume agregat kasar perlu/m3 beton (Tabel VI) = 60% = 0,6 m3
18. Berat agregat kasar (17)x(8)=0,6x1594=956,4 kg
19. Volume semen/m3 beton = m3
20. Volume air/m3 beton =m3
21. Volume agregat kasar = m3
22. Volume udara terperangkap/m3 beton = (12) = 2 m3
23. Volume perlu agregat halus/m3 beton
       m3

KOMPOSISI BERAT UNSUR ADUKAN M3 BETON
24. Semen = (16) = 381,13 kg
25. Air = (11) = 202 kg
26. Agregat halus kondisi SSD = (23)x(6)x1000 =  0,3051x 2,54 x 1000 = 774,954 kg
27. Agregat kasar kondisi SSD = (18) = 956,4kg
28. Faktor semen = zak ( 1 zak = 50kg)

KOREKSI UKURAN AIR & BERAT UNSUR UNTUK PERENCANAAN LAPANGAN
29. Kadar air agregat kasar  = 0,001279
30. Absorbsi agregat kasar = 0,00618
31. Kadar air agregat halus = 0,0303
32. Absorbsi agregat halus = 0,0001091
33. Tambahan air adukan dari agregat kasar
      kg
34. Tambahan adukan dari agregat kasar
      kg
35. Tambahan air adukan dari agregat halus
      kg
36. Tambahan adukan dari agregat halus
      kg


KOMPOSISI UNSUR UNTUK M3 BETON DI LAPANGAN
37. Semen = (24) = 381,13 kg
38. Air = (25) + (33) + (35) = 202 + 4,6931 + (-24,127) = 182,566 kg
39. Agregat halus kondisi lapangan = (26) + (36) = 774,954+ 24,127 = 799,081 kg
40. Agregat kasar kondisi lapangan = (27) + (34) = 956,4+ (-4,6931) = 951,7 kg

KOMPOSISI UNSUR UNTUK KEPERLUAN BENDA UJI
41. Banyaknya benda uji = 20 buah
42. Volum benda uji = 0,0034
43. Semen = (41) x (42) x (37) +15% =  20 x  0,0034 x  381,13 +15%=  26,066kg
44. Air = (41) x (42) x (38) +15% = 20 x 0,0034 x 182,566 + 15% =12,564 kg
45. Agregat halus = (41) x (42) x (39) + 15%= 20x0,0034x799,081 +15%=54,487 kg
46. Agregat kasar = (41) x (42) x (40) +15% = 20 x 0,0034 x 951,7 +15% = 64,865kg

KOMPOSISI UNSUR KAPASITAS MESIN MOLEN ( 4 BUAH BENDA UJI)
47. Semen = 0,015x(37)= 0,015 x 381,3 =5,719 kg
48. Air = 0,015x(38)= 0,015 x 182,566 = 2,738 kg
49. Agregat halus = 0,015 x (39) = 0,015 x 799,081 = 11,986kg
50. Agregat kasar = 0,015 x (40) = 0,015 x 951,7 = 14,275kg














BAB V
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON

Setelah didapatkan komposisi campuran yang tepat untuk beton dengan kualitas K-200, langkah berikutnya adalah pembuatan campuran beton dan pengujian slump beton.  Adapun hal-hal yang harus kami lakukan adalah sebagai berikut.

5. 1 Pembuatan Benda Uji Beton
A.     Alat
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
·         Cetakan kubus 15 X 15 X 15 cm sebanyak 12 buah
·         Sekop, talam, ember, dan sendok spesi
·         Tongkat pemadat
·         Timbangan
·         Mixer concrete (mesin molen)
B.     Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah :
·         Semen
·         Agregat halus (pasir)
·         Agregat kasar (batu)
·         Air
C.     Pelaksanaan
Langkah pertama yang kami lakukan yaitu mempersiapkan dan menimbang semua bahan sesuai dengan komposisi yang telah kami hitung dalam mix design. Setelah itu, kami mempersiapkan cetakan kubus dan mengolesinya dengan oli secukupnya. Beberapa dari kami membersihkan dan membasahi mixer concrete dengan air, kemudian memasukkan komponen-komponen pembentuk beton dengan urutan kerikil, pasir, semen, dan terakhir air sedikit demi sedikit selama ±3 menit.
Setelah beton tersebut masak, adukan kami keluarkan dari mixer concrete dan dilakukan pengujian slump. Sesudah diyakini campuran beton tersebut tepat komposisinya, campuran beton dimasukkan kedalam cetakan kubus dengan 3 lapisan yang sama besarnya dan setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadatan sebanyak 25x tumbukan. Kemudian bagian-bagian sisinya diketok-ketok dengan martil karet secara perlahan sehingga rongga bekas tusukan tertutup.

5. 2 Pengujian Slump Beton
A.     Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini ialah :
·         Cetakan kerucut terpancung (kerucut Abram’s)
·         Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm yang terbuat dari baja tahan karat dengan ujung bulat
·         Plat dasar kedap air
·         Sendok semen
B.     Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah :
·         Beton segar
C.     Pelaksanaan
Langkah pertama yang kami lakukan dalam praktikum ini adalah membasahi cetakan dengan air. Setelah itu, kami masukan adukan kedalam kerucut Abram’s dalam tiga lapisan yang sama tebalnya dengan setiap lapisan ditumbuk sebanyak 25x secara merata. Kemudian bidang paling atas dari kerucut diratakan dan dibiarkan selama 30 detik. Sementara itu, adukan beton yang jatuh disekitar kerucut kami bersihkan.
Setelah 30 detik cetakan kami angkat perlahan secara tegak lurus ke atas. Kemudian cetakan kami balik dan diletakkan dengan perlahan-lahan disamping benda uji. Setelah itu,  kami mengukur jarak turunnya permukaan adukan beton atau mortar tersebut terhadap tinggi semula. Dengan demikian didapatkanlah hasil kekentalan atau konsistensi adukan beton yang dilaksanakan.

D.     Hasil Praktikum
Dari praktikum yang dilaksanakan didapatkanlah data sebagai berikut :
Slump Pertama :
   Ukuran tertinggi           = 5 cm
   Ukuran terendah          = 10 cm

   Tinggi slump                = 5 + 10 = 7,5 cm       
                                              2                                      

5. 3   Pengujian Kuat Tekan
Langkah terakhir yang kami lakukan setelah beton kering ialah pengujian kuat tekannya. Sebelum pengujian dilakukan kami melakukan perawatan terhadap beton tersebut dengan cara merendamnya didalam air.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan terhadap beton pada umur 3, 7 hari,14 hari dan 28 hari. Adapun langkah-langkah yang kami lakukan adalah sebagai berikut :
A.     Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
·         Timbangan
·         Alat uji tekan (compression machine)
B.     Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah beton muda yang telah direndam dalam air dan minimal telah berumur 3 hari.
C.     Pelaksanaan
Pertama, kami mengeluarkan benda uji dari bak perendam sebanyak 3 buah dan mengeringkannya dengan cara mengelap bagian permukaan benda uji. Masing-masing benda uji kami timbang dan catat hasil timbangannya. Setelah itu benda uji kami masukan satu persatu kedalam alat uji tekan dan diberi tekanan sehingga jarum pada alat uji tekan yang menunjukkan kuat tekan beton tersebut tidak dapat bergerak naik lagi. Dengan demikian didapatlah besar kuat tekan tadi yang ditunjukkan oleh jarum merah pada alat uji tekan.

D.     Hasil Praktikum
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan data sebagai berikut :


Perhitungan Kekuatan Beton Hasil Praktikum Umur 4 dan 8 Hari
Dikorelasikan 28 Hari
Umur (hari)
Slump (cm)
Berat
(kg)
Luas penampang (cm2)
Beban Maksimum (Kg)
Kekuatan Tekan (Kg/cm2)
Korelasi 28 hari
3
7,5
8,048
225
49439,35
219,73
399,51
3
7,5
8,178
225
48929,66
217,46
395,38
3
7,5
8,346
225
48419,98
215,20
391,27
3
7,5
8,074
225
49949,03
221,20
402,18
7
7,5
8,124
225
59123,34
262,77
404,26
7
7,5
8,122
225
64220,18
285,42
439,11
7
7,5
8,178
225
68297,65
303,54
466,98
7
7,5
8,102
225
66258,92
294,48
453,05
14
7,5
8,226
225
73394,50
326,20
370,68
14
7,5
7,992
225
70336,39
312,61
355,24
14
7,5
8,272
225
76962,28
342,05
388,69
14
7,5
8,126
225
69317,02
308,08
350,09
21
7,5
7,986
225
80530,07
357,91
376,74
21
7,5
8,146
225
66258,92
294,48
309,98
21
7,5
8,128
225
79510,70
353,38
371,97
21
7,5
8,118
225
81039,75
360,17
379,13
28
7,5
8,226
225
85117,22
378,29
378,29
28
7,5
8,400
225
82568,80
366,97
366,97
28
7,5
8,274
225
81549,43
362,44
362,44
28
7,5
8,218
225
81549,43
362,44
362,44
  

Rumus-rumus yang digunakan untuk menentukan:
Beban max. =
     Kekuatan tekan =  
                             Luas penampang = 225 cm2
      Korelasi 28 hari =  
                           0,5                   korelasi untuk umur beton 3 hari
                           0,65                      korelasi untuk umur beton 7 hari
                           Atau 0.88              korelasi untuk umur beton 14 hari


















BAB  VI
PENUTUP

6. 1 Kesimpulan
Pada praktikum Teknologi Beton yang sudah kami laksanakan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Langkah-langkah sebelum membuat campuran beton meliputi :
·         Analisa bahan-bahan campuran beton, terutama untuk agregat, baik agregat kasar mapun agregat halus.
·         Perhitungan komposisi rencana campuran beton sesuai dengan kualitas/ mutu beton yang diinginkan. Pada praktikum ini, kami menghitung komposisi campuran beton kualitas K-250.
2.      Dalam pembuatan beton harus diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
·         Tingkat kekentalan campuran beton, yang ditunjukkan oleh nilai slump campuran.
·         Cara perawatan beton untuk setiap umurnya. Perawatan beton yang baik akan mempengaruhi nilai kekuatan beton itu sendiri.

6. 2 Saran
Beberapa saran kami untuk perbaikan dalam praktikum Teknologi Beton ini adalah:
  1. Analisa bahan-bahan penyusun campuran beton seperti agregat halus, agregat kasar, harus dilaksanakan dengan seksama, cermat, dan teliti agar didapat hasil analisis yang akurat sehinga beton yang akan dihasilkan sesuai dengan keinginan dan mutu yang disyaratkan.
  2. Perawatan beton merupakan salah satu pekerjaan yang penting, karena perawatan  beton yang baik akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri. Sehingga perawatan beton harus dilakuakan dengan sebaik mungkin.
  3. Sebelum pelaksanaan pembuatan campuran beton, sebaiknya praktikan mengetahui terlebih dahulu garis besar cara pembuatannya, sehingga akan mempermudah pelaksanaan praktikum.




DAFTAR PUSTAKA

1.   ----------, 2006, Petunjuk Pratikum Teknologi Beton, Pontianak, Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Tanjungpura.

2.   L.j. Murdock, Brook, K.M, 1978, Bahan dan Praktek Beton, Jakarta, Erlangga.

3.   Wahyu P. dan Hendra R, 1992, Studi Komperatif Efektifitas Beberapa Metode Rancangan Beton, Bandung, ITB.

4.   Tjokrodimuljo, Kardiyono, 1995, Teknologi Beton. Yogyakarta, NK.









                                                                                                                  





















                                                                                       

LAMPIRAN

Retakan beton pada umur 3 hari :
1.      Beton I












 




   T. Samping Kanan T. Samping Kiri           T. Depan             T. Belakang

2.      Beton II
 




  T. Samping Kanan  T. Samping Kiri           T. Depan             T. Belakang

3. Beton III












 





   T. Samping Kanan T. Samping Kiri           T. Depan             T. Belakang












Retakan beton pada umur 7 hari :
1. Beton I












 





  T. Samping Kanan  T. Samping Kiri          T. Depan              T. Belakang

2. Beton II












 





  T. Samping Kanan  T. Samping Kiri           T. Depan             T. Belakang

3. Beton III












 




 T. Samping Kanan  T. Samping Kiri            T. Depan             T. Belakang























Retakan beton pada umur 14 hari :
3.      Beton I












 




   T. Samping Kanan T. Samping Kiri           T. Depan             T. Belakang

4.      Beton II
 




  T. Samping Kanan  T. Samping Kiri           T. Depan             T. Belakang

3. Beton III












 





   T. Samping Kanan T. Samping Kiri           T. Depan             T. Belakang





















Retakan beton pada umur 28 hari :
5.      Beton I












 




   T. Samping Kanan T. Samping Kiri           T. Depan             T. Belakang

6.      Beton II
 




  T. Samping Kanan  T. Samping Kiri           T. Depan             T. Belakang

3. Beton III












 





   T. Samping Kanan T. Samping Kiri           T. Depan             T. Belakang